2024-06-29 HaiPress
Sumber DCD
iDoPress - Beberapa tahun lalu,Microsoft menjalankan eksperimen menaruh server data center di dasar laut. Tujuannya mencari alternatif pendinginan untuk data center yang kerap kali membutuhkan solusi cooling mahal dan boros energi.
Belakangan muncul laporan bahwa eksperimen tersebut sudah resmi dihentikan setelah dinilai berhasil sebagai proof-of-concept. Hal itu disampaikan oleh Noelle Walsh,kepala divisi Cloud Operations + Innovation (CO+I) Microsoft,dalam wawancara dengan Data Center Dynamics.
"Tim saya yang mengerjakannya,dan itu sukses. Kami belajar banyak tentang operasi di bawah permukaan laut dan getaran serta dampak pada server. Jadi kami akan menerapkan pembelajaran itu pada kasus-kasus lainnya," ujar Walsh.
Baca juga: Mengenal PDN yang Diserang Ransomware,Data Center Penting buat Sistem Elektronik Pemerintah
Eksperimen bernama Project Natick itu mulai diinisiasi pada 2013. Pada 2018,Microsoft menenggelamkan 855 data center yang telah dimasukkan ke dalam kapsul ke bawah laut yang berlokasi di lepas pantai Skotlandia.
Serangkaian perangkat server tersebut dibiarkan tanpa pengawasan selama 25 bulan 8 hari atau sekitar dua tahun lebih. Sebagai pembanding,Microsoft ikut menjalankan 135 unit server di daratan dalam konfigurasi rak konvensional.
Pada bulan September 2020,data center yang ditenggelamkan ke dasar laut diangkat ke daratan. Hasilnya,dari 855 data center,hanya ada 6 saja yang rusak. Tingkat kegagalan itu disebut lebih baik ketimbang kerusakan data center yang terjadi di daratan.
"Tingkat kegagalan yang kami temukan (pada server yang ditaruh di dalam air) adalah seperdelapan dari (tingkat kegagalan server) yang kami jumpai di daratan," ujar Ben Cutler,pimpinan Project Natick.
Baca juga: Google Axion Meluncur,CPU ARM Pertama Perusahaan untuk Data Center
Sebagai perbandingan,8 unit dari 135 data center yang ditaruh di darat tak bisa lagi beroperasi. Dengan kata lain,persentase kerugian data center yang ditempatkan di bawah laut hanya sebesar 0,7 persen saja,semntera server di darat sebesar 5,9 persen.
Microsoft mengatakan salah satu faktor penyebab data center bawah laut lebih adalah kondisi temepratur eksternal yang stabil. Alasan lainnya,kapsul data center diisi gas nitrogen,sementara data center darat dilingkupi gas oksigen yang reaktif.
Dalam sebuah pernyataan terpisah,Microsoft pun mengatakan bahwa mereka berencana menggunakan Project Natick tersebut sebagai sebuah platform penelitian,sebagaimana dihimpun KompasTekno dari DCD,Sabtu (29/6/2024).
"Untuk mengeksplorasi,menguji,dan memvalidasi konsep-konsep baru seputar keandalan dan keberlanjutan data center,misalnya dengan perendaman dalam air." Ujar Microsoft.
Baca juga: Edge DC Resmikan Data Center EDGE2 di Jakarta,Punya Kapasitas 23 MW
Raksasa teknologi itu juga dikabarkan tengah menjalin kerja sama dengan perusahaan kecerdasan buatan (AI) OpenAI untuk membangun instalasi data center terbesar di dunia bernama Stargate.
Untuk proyek itu,anggaran yang disiapkan kabarnya mencapai 100 miliar dollar AS (Rp 1.638 triliun),yang mana sebagian besarnya disebut bakal didanai oleh Microsoft. Jika semuanya berjalan dengan lancar,Stargate diproyeksikan bakal beroperasi pada 2028 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.