2024-08-10 HaiPress
JAKARTA,KOMPAS.com - Perwakilan pekerja PT TransJakarta,Jan Oratmangun,menyatakan kekecewaannya terhadap aksi unjuk rasa dan mogok kerja yang dilakukan oleh sekitar 1.000 sopir Mikrotrans JakLingko pada Kamis (30/7/2024).
Jan menekankan aksi ini berdampak negatif terhadap layanan TransJakarta yang seharusnya berjalan lancar demi kepentingan masyarakat.
"Kami sangat kecewa terhadap aksi mogok kerja itu karena masyarakat yang seharusnya bisa menggunakan transportasi dengan aman dan nyaman menjadi terganggu," ujar Jan kepada wartawan di Kantor Pusat TransJakarta,Cawang,Jakarta Timur,Jumat (9/8/2024) malam.
Baca juga: Lalu Lintas Macet,Sopir JakLingko di Tanjung Priok Sulit Dapat Upah Rp 4,8 Juta Per Bulan
Menurut Jan,aksi yang dilakukan oleh Aliansi Laskar Biru tersebut sangat bertolak belakang dengan semangat dan tanggung jawab insan pekerja TransJakarta yang selalu mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
Dia menegaskan,aksi unjuk rasa seharusnya tidak mengorbankan kepentingan publik. Terutama dalam hal layanan transportasi umum yang menjadi kebutuhan sehari-hari warga DKI Jakarta dan sekitarnya.
Jan juga mengimbau agar dalam menyampaikan aspirasi,para pengemudi dan pekerja tetap memperhatikan dampaknya terhadap pelayanan publik.
"Menyampaikan aspirasi itu oke-oke saja,tapi jangan sampai mengganggu layanan publik," tambah Jan.
Baca juga: Curhat Sopir JakLingko Sulit Hidupi Keluarga dan Bayar Kontrakan karena Gaji Dibayar Telat
Ia berharap kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang dan semua pihak dapat menyelesaikan permasalahan dengan cara yang lebih bijak.
Sebelumnya diberitakan,operator JakLingko Mikrotrans dan mantan pengemudi mikrolet se-DKI Jakarta melakukan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota pada Selasa (30/7/2024).
Massa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Laskar Biru ini melakukan aksi unjuk rasa mulai dari 08.00-16.00 WIB.
Aksi unjuk rasa dilakukan oleh operator atau sopir dari JakLingko Mikrotrans untuk menuntut Pemerintah Provinsi Jakarta membenahi mekanisme upah mereka.
Pasalnya,upah para operator tergantung pada target kilometer. Namun,kemacetan di Jakarta membuat target ini sering tidak tercapai.
Baca juga: Sopir JakLingko Keluhkan Pendapatan di Bawah UMP,Gaji Pokok Hanya Rp 1 Juta per Bulan
"Kita menyampaikan pada hari ini adalah yang paling urgent,kenapa sampai hari ini transportasi masih macet,ini adalah sebuah kelalaian dari Pemda yang langsung mengurus soal transportasi," ujar perwakilan dari Komilet Jaya,Jhon Kenedy saat ditemui di depan Balai Kota DKI,Jakarta Pusat,Selasa.
Padahal,Jakarta macet atau tidak,semua sopir atau operator JakLingko Mikrotrans ditargetkan untuk bisa mencapai 100 km setiap harinya.
"Kontrak yang kita tanda tangani. Satu hari itu 200 km karena satu mobil dua shift,sopir pagi dan sopir siang. Ternyata,(target) ini pun banyak yang belum mencapai. Artinya,berdampak pada upah yang kita terima," jelas Jhon.
Imbas dari aksi tersebut,sebanyak 29 rute JakLingko di wilayah Jakarta Utara,dan Jakarta Barat tidak beroperasi atau tidak melayani penumpang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.