2024-08-18 HaiPress
iDoPress - Artificial Intelligence (AI) generatif adalah salah satu cabang teknologi AI yang fokus pada pembuatan konten baru dengan cara meniru pola dan struktur data yang telah ada.
Berbeda dari AI konvensional yang biasanya melakukan tugas-tugas berbasis aturan atau pengenalan pola,AI generatif mampu menciptakan teks,gambar,musik,dan bahkan video yang menyerupai karya manusia.
Teknologi ini mengandalkan model pembelajaran mendalam (deep learning) untuk menghasilkan output yang tidak hanya realistis tetapi juga kreatif,membuka berbagai kemungkinan inovatif di berbagai bidang. Untuk selengkapnya berikut ini uraian pengerti AI Generatif,cara kerja,dan contoh-contohnya.
Baca juga: Apple Rilis Apple Intelligence,AI Generatif untuk iPhone,iPad,dan Mac
Dilansir dari Tech Target,AI generatif adalah teknologi kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan berbagai jenis konten seperti teks,audio,dan data sintetis.
Popularitasnya semakin meningkat berkat kemudahan penggunaan antarmuka yang memungkinkan pembuatan konten berkualitas tinggi hanya dalam hitungan detik. Meskipun teknologi ini mulai dikenal luas baru-baru ini,konsep dasar AI generatif sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960-an,terutama dalam bentuk chatbot.
AI generatif membuka peluang besar dalam berbagai bidang,seperti meningkatkan kualitas sulih suara dalam film dan menciptakan konten edukasi yang lebih menarik.
Namun,kemajuan ini juga memunculkan kekhawatiran,terutama terkait dengan penggunaan deepfake yang dapat meniru gambar atau video orang sungguhan secara digital,serta risiko serangan siber yang menggunakan teknologi ini untuk tujuan jahat,seperti meniru suara atasan untuk memanipulasi karyawan.
Baca juga: Survei Google: Mayoritas Perusahaan yang Pakai AI Generatif Makin Cuan
Perkembangan AI generatif dimulai pada tahun 1932 ketika Georges Artsrouni menciptakan mesin "mechanical brain" untuk menerjemahkan bahasa. Pada tahun 1957,Noam Chomsky memperkenalkan konsep tata bahasa untuk pembuatan kalimat,dan pada tahun 1966,Joseph Weizenbaum menciptakan chatbot pertama,ELIZA.
Teknologi ini terus berkembang dengan penemuan-penemuan penting seperti SHRDLU oleh Terry Winograd pada tahun 1968 dan perkembangan recurrent neural networks (RNNs) pada tahun 1986.
Pada tahun 2014,Ian Goodfellow memperkenalkan Generative Adversarial Networks (GANs),yang memungkinkan pembuatan konten yang semakin realistis,seperti gambar dan video.
Seiring berjalannya waktu,teknologi AI generatif semakin canggih,dengan munculnya model transformer seperti BERT pada tahun 2018 dan GPT pada tahun 2019,yang membuka jalan bagi berbagai aplikasi pembuatan konten otomatis.
Pada tahun 2021,OpenAI meluncurkan DALL-E,yang dapat menghasilkan gambar dari teks,dan pada tahun 2022,Stable Diffusion dirilis sebagai platform open-source untuk pembuatan gambar dari teks.
Perkembangan ini membawa AI generatif ke dalam arus utama,mempengaruhi berbagai bidang seperti hiburan,edukasi,dan keamanan siber,meskipun juga memunculkan kontroversi terkait pelanggaran hak cipta dan penggunaan teknologi untuk tujuan jahat.
AI generatif bekerja dengan memulai dari sebuah prompt atau perintah yang bisa berupa teks,video,desain,notasi musik,atau input lain yang dapat dikenali oleh sistem AI.
Setelah menerima prompt ini,berbagai algoritma AI memproses informasi tersebut dan menghasilkan konten baru yang sesuai dengan prompt yang diberikan.