2024-08-18 HaiPress
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi,pekerja profesional atau praktisi di bidangnya,pengamat atau pemerhati isu-isu strategis,ahli/pakar di bidang tertentu,budayawan/seniman,aktivis organisasi nonpemerintah,tokoh masyarakat,pekerja di institusi pemerintah maupun swasta,mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Daftar di sini
Kirim artikel
Editor Sandro Gatra
PERINGATAN Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-79 menjadi momen penting yang dirayakan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya,yakni di dua tempat: Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Jakarta.
Upacara ini bukan sekadar peringatan,tetapi juga sarat dengan simbolisme dan pesan politik yang kuat.
Presiden Joko Widodo,sebagai sosok pemimpin yang kerap menggunakan simbol untuk menyampaikan pesan,tampaknya telah merancang upacara ini dengan cermat untuk menyoroti proses transformasi dan keberlanjutan kepemimpinan Indonesia.
Mari kita lihat lebih dalam makna di balik penyelenggaraan peringatan ini serta dampaknya dari sudut pandang teknis,budaya,dan politik.
Salah satu aspek paling mencolok dari peringatan HUT RI ke-79 ini adalah penyelenggaraan upacara di dua tempat sekaligus,yakni di IKN dan Jakarta.
Di satu sisi,kehadiran Jokowi dan Ibu Negara di Nusantara,bersama Prabowo Subianto,memberikan pesan simbolis yang sangat dalam.
Jokowi,yang telah menjabat sebagai presiden selama dua periode,berdiri di hadapan ibu kota baru yang telah menjadi wujud nyata dari visinya untuk Indonesia masa depan.
Sementara itu,Prabowo,presiden berikutnya,hadir di sampingnya seolah menunjukkan transisi halus dan harmonis antara kedua pemimpin ini.
Ini menekankan keberlanjutan kepemimpinan di Indonesia—dari Jokowi yang telah membangun fondasi di Nusantara,hingga Prabowo yang akan melanjutkan proyek tersebut.
Di sisi lain,di Jakarta,terdapat Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Gibran Rakabuming Raka yang diposisikan seolah sebagai wakil presiden saat ini dan masa depan.
Kehadiran mereka juga menyiratkan kesinambungan pemerintahan di tingkat wakil presiden,di mana peran mereka dalam menjaga kestabilan politik Indonesia terus berlanjut.
Semua ini memperkuat pesan bahwa Indonesia siap untuk transisi,dengan kedua kepemimpinan—baik di eksekutif maupun legislatif—berada dalam jalur yang terarah.
Yang menarik adalah posisi komando upacara yang terletak di IKN,dengan Jakarta hanya mengikuti. Ini menjadi isyarat jelas bahwa pusat komando negara,baik secara simbolis maupun praktis,telah beralih ke Nusantara.
Jakarta,meski masih menjadi kota penting,secara de facto kini hanya berfungsi sebagai kota perwakilan.
Pada peringatan ini,Jokowi mengenakan pakaian adat Kutai Kartanegara,sedangkan Prabowo mengenakan pakaian adat Jawa.