2024-08-26 HaiPress
KOMPAS.com - Sekelompok peretas (hacker) asal Iran diduga memakai WhatsApp untuk melakukan intervensi dan mengacaukan proses pemilihan umum presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.
Hal ini disampaikan Meta -induk Facebook,WhatsApp,dan Instagram- dalam sebuah pengumuman resmi yang diunggah di blog resmi mereka.
Dalam pengumuman itu,disebutkan bahwa grup hacker tersebut sering dipanggil dengan julukan "APT42". Grup ini juga memiliki nama lain yaitu "UNC788" dan "Mint Sandstorm".
Berdasarkan laporan Meta,APT42 berperan sebagai agen dukungan teknis palsu untuk berbagai perusahaan teknologi kenamaan asal AS,seperti AOL,Google,Yahoo,hingga Microsoft.
Baca juga: Chatbot Meta AI Punya Fitur Imagine Me,Bisa Animasikan Foto Jadi Apapun
Geng hakcer asal Iran itu disebut mengoperasikan kurang dari 10 akun WhatsApp dan menargetkan sejumlah orang penting,termasuk tokoh publik,politisi,dan pejabat diplomat. Akun itu digunakan untuk mengelabui dan menipu target dengan teknik social enginnering.
Biasanya,teknik ini dipakai para peretas untuk memainkan psikologis korban dengan kata-kata supaya menuruti apa yang diinginkan oleh hacker (misal mengeklik link berbahaya,mengirimkan uang,dan lain sebagainya).
Setelah meyakinkan korban,maka peretas akan bisa melanjutkan operasi lainnya yang bisa saja semakin berbahaya,mulai dari pembobolan rekening,hingga pencurian data pengguna untuk berbagai kepentingan.
Di AS,grup hacker ini diduga menargetkan beragam pihak yang berhubungan dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan mantan presiden AS Donald Trump. Dengan begitu,aksi APT42 juga kemungkinan ada hubungannya untuk mengacaukan pilpres AS 2024 yang rencananya akan digelar pada November mendatang.
Tak hanya di AS,grup peretas asal Iran ini kabarnya juga menargetkan sejumlah pengguna di negara lain seperti Palestina,Israel,Inggris,hingga warga lokal setempat alias masyarakat Iran sendiri.
Menurut Meta,mereka telah memblokir berbagai akun WhatsApp yang terindikasi melakukan beragam aksi penipuan untuk menjaga platform supaya aman,serta mengingatkan pengguna yang berpotensi dijadikan korban oleh akun-akun WhatsApp palsu ini.
Lantas,bagaimana Meta bisa tahu soal upaya APT42 yang dianggap bisa melakukan intervensi pada pemilu AS ini?
Baca juga: Meta Rilis Measurement 360,Bantu Pengiklan di FB dan IG Bikin Kampanye yang Ampuh
Kompas.com/BILL CLINTEN Salah satu ruangan untuk berfoto di kantor Meta di Singapura.
Berdasarkan keterangan resmi yang mereka buat,Meta tahu akan upaya APT42 karena banyak pengguna yang melaporkan bahwa mereka mengalami percobaan penipuan dari berbagai akun palsu.
Hal ini dilaporkan pengguna lewat fitur laporan alias report yang ada di dalam aplikasi WhatsApp. Meta lantas mendeteksi berbagai pesan dan akun WhatsApp yang dilaporkan pengguna tersebut,sehingga bisa mengetahui upaya peretasan dari APT42.
"Pesan-pesan yang dilaporkan pengguna memungkinkan kami untuk menginvestigasi berbagai upaya yang dilakukan oleh peretas,begitu juga tautan alias link yang ada di dalamnya," jelas Meta.